Belajar Bahasa Inggris dengan Berita di Koran

Share On Facebook ! Tweet This ! Share On Google Plus ! Pin It ! Share On Tumblr ! Share On Reddit ! Share On Linkedin ! Share On StumbleUpon !

Salah  satu cara efektif belajar Bahasa Inggris adalah dengan membaca koran atau majalah berbahasa Inggris. Dengan membiasakan diri membaca koran berbahasa Inggris, kita mendapatkan taste Bahasa Inggris koran, yang berarti mendapat asupan Bahasa Inggris yang benar-benar Bahasa Inggris, bukan Bahasa Indonesia yang di-"inggris-inggris"-kan, apalagi Bahasa Inggris rasa Jawa.


Materi berita bisa kita pilih sesuai dengan bidang minat kita, misalnya politik, hukum, ekonomi, seni dan budaya, atau olahraga. Dengan materi yang sesuai minat, pemahaman kita di bidang tertentu akan memudahkan kita memahami isi berita.

Namun, tentu saja, media yang dipilih harus bertaraf internasional, meskipun tidak harus dari luar negeri. The Jakarta Post adalah contoh media nasional yang bertaraf internasional. Lebih baik lagi kalau kita punya waktu untuk menjelajahi situs-situs berita online arus utama dari luar, seperti BBC, CNN, The Washington Post, The New York Times dan lain-lain.

Manfaat Teks Koran Berbahasa Inggris


Ada beberapa manfaat yang bisa didapat dari belajar Bahasa Inggris dengan membaca berita dari media semacam itu.

Pertama, sudah pasti, pengayaan kosakata Bahasa Inggris kita dalam pemakaian yang riil, konkret dan standar (usage), baik yang bersifat formal maupun prokem. Misalnya, di sekolah kita mungkin hanya diperkenalkan kata "sentence" dengan arti "kalimat", tapi dalam berita hukum, kita akan terbiasa mendapatkan kata yang sama dengan arti "hukuman".

Kedua, selain memperkuat "otomatisasi" otak kita untuk menyerap struktur tata bahasa (grammar) standar, kita juga diperkaya oleh bermacam-macam gaya penyajian bahasa. Ini terutama akan sangat terasa saat kita membaca berita berbentuk feature. Sebab, dalam bentuk tulisan yang non-straight news itu, tiap-tiap penulis akan berusaha mengerahkan daya kreativitasnya yang khas dalam berbahasa.

Ketiga, cara-cara penyajian bahasa yang beragam itu (termasuk dalam hal usage) bisa kita tiru untuk bermacam-macam keperluan, baik untuk menulis atau berkomunikasi lisan. Misalnya, kita bisa membaca cara penulisan yang berbeda untuk menyampaikan informasi yang kurang lebih sama seperti berikut ini:

"The two parties finally completed last week the six-month long negotiations, agreeing upon the delicate issues."

"After six-months of tough negotiations, the two parties  hammered out a agreement last week, settling their disputes on crucial issues."

Perhatikan, unsur-unsur informasi yang tersaji dalam kedua kalimat itu kurang lebih sama: yakni dua pihak bernegosiasi; materi perundingan alot; membutuhkan waktu enam bulan; mereka mencapai kesepakatan pekan lalu; poin-poin pelik berhasil diselesaikan.

Semakin banyak membaca berita, semakin kaya pula gaya berahasa yang bisa kita pelajari dan kita praktikkan.

Mau mencoba?

Berikut ini saya sajikan cuplikan berita di koran The Jakarta Post.
House to deliberate alternative forms of punishment in Criminal Code
The Jakarta Post
Jakarta | Tue, April 11, 2017 | 09:59 pm

The House of Representatives’ working committee for the amendment of the Criminal Code (KUHP) is looking into alternative forms of punishment in addition to imprisonment.

“The alternative punishment could be in the form of community service or fines instead of putting all criminals behind bars. It could be applied to crimes in which the [sentence] is one year or less in prison,” committee member Arsul Sani of the United Development Party (PPP) said as quoted by kompas.com.
---------------
Kata pertama dalam judul, House, adalah contoh kosakata dengan konteks khusus. Dalam konteks umum, arti kata house adalah rumah atau gedung. Tapi dalam konteks berita ini, House adalah sebutan pendek dari lemaga legislatif, yakni The House of Representatives, terjemahan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Di media berita, para anggota DPR biasanya disebut lawmaker (pembuat undang-undang). Kadang-kadang mereka disebut dengan singkatan MP (member of parliament) atau MPs (members of parliament). Bisa juga kata legislator dipakai untuk menyebut anggota DPR.

Judul berita tersebut menginformasikan "Para anggota DPR akan membahas bentuk-bentuk alternatif hukuman dalam KUHP." Di sini, KUHP cukup diterjemahkan dengan istilah yang umum di dunia internasional, yakni Criminal Code.

Berdasarkan paragraf pertama isi berita, kita mendapatkan informasi antara lain, bahwa yang membahas alternatif-alternatif itu adalah working committee atau Panitia Kerja yang (saat berita ini ditulis) sedang bertugas membahas amandemen atau perubahan KUHP. Apa maksud dari alternatif bentuk hukuman? Dalam KUHP, hukuman yang selama ini berlaku terhadap pelaku kriminal adalah hukuman penjara (imprisonment).

Jika disederhanakan dengan pemisahan subjek, predikat dan objeknya, kalimat pertama dalam paragraf pertama isi berita tersebut sesungguhnya bisa dilihat seperti ini:

The committee |  is looking into | alternative forms of punishment.
Masing-masing frasa subjek (S), predikat (P) dan objeknya (O) diperjelas dengan kata-kata penjelas sehingga kalimatnya terkesan sangat panjang:

(S): The committee: The House of Representative's working committee for the amendment of Criminal Code (KUHP) yang berarti Panitia Kerja DPR untuk Amandemen KUHP.

(P): is looking into : (tetap) yang berarti sedang mencari

(O): alternative forms of punishment: alternative forms of punishment in addition to imprisonment,
yang berarti bentuk-bentuk alternatif hukuman selain hukuman penjara.

Ulasan Grammar


Maka, jadilah kalimat itu berbunyi: The House of Representative's working committee for the amendment of Criminal Code (KUHP is looking into alternative forms of punishment in addition to imprisonment.Selain pemanjangan frasa, Bahasa Inggris koran juga kerap menggunakan anak kalimat dalam komposisi kalimat kompleks. Jika tidak bisa mengenali mana kalimat utama dan mana anak kalimat, kita pun akan kesulitan mencerna artinya.

Perhatikan kalimat kutipan dari pernyataan narasumber pada paragraf selanjutnya.

“The alternative punishment could be in the form of community service or fines instead of putting all criminals behind bars. It could be applied to crimes in which the [sentence] is one year or less in prison,” committee member Arsul Sani of the United Development Party (PPP) said as quoted by kompas.com.Inti dalam kalimat pertama adalah:
“The alternative punishment could be in the form of community service or fines."
[Hukuman alternatif bisa dalam bentuk kerja bakti atau denda.]
(S): The alternative punishment
(P): Could be in the form of community service or fines.
Di bagian akhir, seakan-akan ada kombinasi kata kerja (verb phrase) dan kata benda (noun phrase), yakni putting dan all criminals behind bars, tapi bagian ini bukan rangkaian yang bisa dikategorikan sebagai anak kalimat (sub-clause), apalagi kalimat terpisah dalam komposisi kalimat majemuk (compound sentence).

Bagian ini hanyalah frasa yang sederajat dengan frasa in the form of community service or fines. Sehingga, secara maknawi, ada bagian tak tertulis di dalamnya: [in the form of] putting all criminals behind bars.

Kira-kira terjemahan bebas kalimat pertamanya adalah: Hukuman alternatif bisa dalam bentuk kerja bakti atau denda, ketimbang menempatkan semua penjahat di balik jeruji.

Kalimat kedua menggunakan komposisi kalimat kompleks dengan kalimat utama (main-clause) : It could be applied to crimes. Rangkaian selanjutnya adalah anak kalimat yang menerangkan kata crimes: in which the [sentence] is one year or less in prison.

Kira-kira, terjemahan bebas kalimat keduanya adalah: Hukuman (alternatif itu) bisa diterapkan pada kejahatan-kejahatan yang [hukumannya] penjara satu tahun atau kurang.Nah, kalau kita terbiasa dengan bentuk-bentuk pemanjangan frasa dan kalimat kompleks seperti ini, otak kita akan terlatih menyerap dan memilah bagian-bagian kalimat, walaupun sekilas terkesan seperti sangat panjang. Enaknya kalau sudah terbiasa, pola-pola pemanjangan itu bisa kita gunakan untuk mengekspresikan pikiran kita, sehingga cara berbahasa Inggris kita menjadi "tidak standar", tidak kaku tanpa cengkok,  seperti ular menelan linggis.

Sip. Boleh dicoba sendiri.
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Post a Comment

Total Pageviews

Search This Blog

Powered by Blogger.

Pilihan Topik

 
Copyright ©2016 English Reading Enthusiasts • All Rights Reserved.
Template Design by BTDesigner • Powered by Blogger